Catatan Orang Tua untuk Anaknya
Saya sering sekali memerhatikan wajah orang tua, apa lagi melihat wajahnya yang bersimpuh debu di antara kerutan garis wajahnya. Melalui garis wajahnya saya bisa menyelami kerasnya kehidupan, sulitnya perjuangan dan beratnya takdir yang mereka rasakan. Lalu saya mencoba mengambil hikmah dari perjuangan hidup mereka.
Berbicara mengenai orang tua, saya paling suka saat mereka bercerita tentang kehidupan. Apa yang mereka sampaikan biasanya lebih banyak tentang 'Ilmu Kehidupan' yang mereka dapatkan melalui pengalaman pribadi. Seperti saat mereka makan daun talas dan daun nangka di zaman Belanda, saat mereka memakai baju dari karung goni di zaman Jepang.
Saat mereka harus berjalan puluhan kilometer sepenjang hari tanpa alas kaki hanya untuk menjual kayu bakar ke pasar di kota, saat tubuh mereka dipenuhi kudis di zaman penjajah, saat tubuh mereka dipenuhi kutu saat tidur, dan cerita-cerita 'berat' lain yang meraka rasakan dalam hidupnya.
Jarang sekali saya melihat orang tua yang bercerita tentang 'Pelajaran hidup' yang mereka dapatkan melalui bangku sekolah. Jikapun ada saya kurang menyukainya. Mungkin karena saya juga pernah mendapatkan pendidikan 'Ilmu Pengetahuan' di bangku sekolah. Bahkan dalam waktu yang cukup lama.
Setelah saya mendengar cerita dari para orang tua tentang kehidupan di zaman penjajahan, pikiran saya seperti berada di zaman tersebut. Saya membayangkan betapa beratnya kehidupan di masa-masa itu: Kelaparan, ketakutan, wabah penyakit, hidup tidak tenang dan tidur tidak nyenyak. Dan itu sangat mengerikan.
Mereka amat bahagia bisa merasakan hidup di zaman kemerdekaan seperti saat ini. Lalu saya bersimpuh dan mahfum serta memanjatkan beribu syukur karena bisa lahir dan hidup tenang, damai dan tenteram di negara yang sudah merdeka ini.
Namun terkadang saya merasa sedih karena di negeri yang sudah 70 tahun merdeka ini, sebagian dari mereka, para orang tua yang sudah kenyang dengan penderitaan di zaman penjajahan, masih harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan.
Kita masih sering melihat di pasar, terminal dan pinggir jalan banyak sekali orang tua yang masih mengais rezeki dengan berjualan, menjadi pengemis, gelandangan dan sebagainya. Padahal sebagai orang tua mereka seharusnya tinggal di rumah menikmati hari tuanya.
Sebagai anak muda yang lahir di negeri yang sudah merdeka ini marilah kita ucapkan syukur yang sebesar-besarnya. Kita harus bersyukur dan berterima kasih karena negeri ini merdeka berkat perjuangan para orang tua yang rela mengorbankan jiwa raga mereka. Kita mencoba menghayati perjuagan mereka dengan sepenuh hati agar kita tahu betapa beratnya kehidupan di zaman itu.
Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas udara yang kita hirup di negeri yang sudah merdeka ini, atas ketenangan dan kedamaian hidup di negeri yang gemah ripah ini, atas segala penjuangan para orang tua terdahulu yang bertempur melawan penjajah. Salah satunya dengan merawat orang tua kita, kakek nenek kita agar mereka bisa menikmati hari tuanya dengan tenang di rumah.
- Catatan Orang Tua untuk Anaknya -
Post a Comment for "Catatan Orang Tua untuk Anaknya"